Bacaan hari ini: Yohanes 18:38b-19:16a
“Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: Lihatlah Manusia itu!” (Yohanes 19:5)

“Pandanglah pada Yesus, pandanglah wajah mulia-Nya, di dalam terang kemuliaan-Nya, dunia akan menjadi hampa.” Sepenggal lirik dari sebuah lagu himne ini, membawa pikiran saya ke halaman istana Pilatus. Melihat, kira-kira apa yang sedang terjadi ketika Pilatus mengucapkan “ecce homo” (lihatlah orang itu). Bagaimana rupa Yesus saat itu ketika orang-orang memandang-Nya. Tentu tidak terlihat wajah-Nya yang mulia, dan terang kemuliaan-Nya pun tak tampak di mata orang banyak. Sebab, jika mereka melihat itu, mereka tidak akan meneriakkan kematian terhadap Yesus, bukan? Mereka hanya melihat Yesus, menggunakan jubah ungu sebagai bahan lelucon kasar bagi prajurit Romawi, karena mereka tidak tahu yang mereka ejek adalah Raja Semesta. Alih-alih mahkota bertakhtakan berlian, Sang Raja bermahkotakan duri.

Penulis Injil Yohanes memperkenalkan Yesus, sebagai “Raja orang Israel.” Konsep Yesus sebagai Raja orang Isreal ini, bisa dilihat dalam beberapa bagian Injil Yohanes (1:49; 12:13 dst). Seorang raja seyogianya dihormati, disanjung, dan diberi penghargaan tertinggi. Ternyata berbeda dengan Yesus, Sang Raja itu tidak diakui; dengan lantang bangsa-Nya mengatakan bahwa mereka tidak punya raja selain Kaisar. Hati mereka tidak tergerak, meski Pilatus mengatakan, “lihatlah Manusia itu,” supaya mereka melihat Yesus dengan belas kasihan karena penampilan-Nya setelah disesah. Orang Yahudi ingin bergegas membunuh Yesus, sebelum hari raya Paskah, supaya tidak menajiskan tangan mereka dengan darah.

Ungkapan “ecce Homo” yang diucapkan Pilatus, mungkin bermaksud untuk mendatangkan belas kasihan orang banyak. Tetapi sekarang “ecce homo”, lihatlah Anak manusia itu, yang datang bagi kita semua. Mengalami semua dera dan sesah demi menyelamatkan umat yang Dia kasihi. Lihatlah, pandanglah kepada Dia, Anak Manusia yang mati bagimu, ganti hukum dosamu. Setelah melihat Dia, apa yang harus engkau lakukan buat Dia? Sudahkah engkau percaya dan mengasihi-Nya serta melayani-Nya dengan sungguh?

STUDI PRIBADI: (1) Apakah makna “ecce homo” pada bagian ini? (2) Setelah memandang kepada Yesus dan karya-Nya, apa yang ingin Anda lakukan untuk Dia?
POKOK DOA: Berdoalah supaya setiap kita mampu terus memandang kepada Yesus yang menjadi Juruselamat hidup kita, dan melayani Dia dengan setia serta lebih sungguh lagi.