Bacaan hari ini: Yeremia 12
“Engkau memang benar, ya TUHAN, bilamana aku berbantah dengan Engkau! Tetapi aku mau berbicara dengan Engkau tentang keadilan: Mengapakah mujur hidup orang-orang fasik, sentosa semua orang yang berlaku tidak setia?” (Yeremia 12:1)

Beberapa tahun ini kita melihat fenomena yang menarik sekaligus menakutkan. Di seputar pilkada DKI Jakarta dan PilPres yang baru lewat, segregasi (pemisahan) antar golongan meruncing. Ini dipicu semakin populernya para pemuka agama yang menyerukan eksklusifitas golongan tertentu. Mereka menyerukan pemurnian ajaran agamanya, dan menjelek-jelekkan secara terbuka pemeluk agama lain. Memprovokasi dan memanipulasi masyarakat dengan “ketakutan sorgawi.” Ujungnya; popularitas dan pundi keuntungan yang diraup lewat undangan ceramah di berbagai media dan hasil monetisasi media sosial mereka (melalui youtube, instagram, facebook, dll). Mereka berpenampilan sangat agamis, tetapi seperti yang dikeluhkan oleh Nabi Yeremia, hati mereka jauh dari Tuhan.

Dalam perikop ini, Nabi Yeremia berbantah dengan Tuhan, mempertanyakan keadilan-Nya, mengapa orang fasik hidup mujur dan sentosa, walau tidak setia. Lebih jauh lagi, Yeremia berkata mulut mereka selalu menyebut Tuhan, padahal hati mereka jauh dari-Nya. Situasi yang meresahkan, tidak hanya untuk Yeremia yang hidupnya saleh di hadapan Tuhan, tapi juga kita yang tiap hari berjuang untuk hidup saleh seturut perintah-Nya.

Apakah jawab Tuhan? Jawab-Nya di luar dugaan kita! Tuhan berkata; penderitaan ini belum seberapa dibanding penderitaan yang akan datang. Yeremia harus mempersiapkan diri menanggung derita yang lebih hebat, bahkan dalam bentuk pengkhianatan saudara-saudaranya (ay. 5–6). Tuhan menghukum bangsa Yehuda dan bangsa-bangsa tetangganya karena kefasikan mereka.
Kefasikan tidak dibiarkan oleh Tuhan. Dia menghukum karena Dia harus menghukum demi keadilan-Nya. Dia menjanjikan pemulihan, asal mereka bertobat dan kembali ke jalan-Nya.

Mengapa mujur hidup orang fasik? Tuhan tidak menjawab, tetapi keadilan Tuhan akan ditegakkan, cepat atau lambat. Alih-alih bingung dan ragu karena pertanyaan ini, mari berefleksi apakah hati kita telah benar dan dekat kepada-Nya? Bila hati kita dekat kepada-Nya, maka hidup kita akan memancarkan kasih dan kemuliaan-Nya.

STUDI PRIBADI: (1) Pernahkah Anda ragu akan karakter dan kebaikan Tuhan Allah? (2) Pernahkah Anda memilih percaya kepada Tuhan, walau tidak sepenuhnya mengerti?
POKOK DOA: Berdoa mohonlah agar Roh Kudus menolong kita sebagai orang beriman, memilih untuk mau percaya dan taat, walaupun masih banyak yang tidak kita pahami sepenuhnya tentang Tuhan.