Bacaan hari ini: Bilangan 21:4-9

“Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.” (Bilangan 21:5)

Kini bangsa Israel tiba di antara gunung Hor dan laut Teberau. Seperti yang telah dicatat pada bagian-bagian sebelum perikop ini, mereka mengeluh akan kondisi mereka selama mengembara di padang gurun. Mereka merasa diri paling benar dan kerap membandingkan kondisi saat itu dengan kenyamanan selama diperbudak bangsa Mesir. Mereka bahkan tidak menghargai pemberian Allah sejauh ini. Hal ini membuat Allah murka dan menghukum mereka dengan sejumlah ular tedung. Akibatnya, banyak umat Israel meninggal pada saat itu. Situasi tersebut membuat umat Israel tersadar akan keberdosaan mereka dan kembali bertobat dan berseru kepada Allah dan Allah pun mengampuni mereka. Ular tembaga yang ditaruh pada tiang menjadi penyelamat bagi mereka yang memandang kepadanya.

Belajar dari kisah ini, kita pun sering bertindak seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel. Pergumulan yang ada kita hadapi dengan bersungut-sungut. Firman Tuhan ini mengingatkan kita sekali lagi bahwa ketika hati seseorang berniat untuk memberontak dan dilanda dengan ketidakpuasan, bahkan pemberian terbaik dari Tuhan pun dapat kehilangan rasanya; tidak akan ada yang sepenuhnya memuaskan apabila sikap hati yang benar dimilikinya. Allah tidak pernah melarang kita menyatakan rasa kekecewaan dan ketakutan kita, Ia adalah Allah yang mendengarkan jeritan hati kita. Meski demikian, jangan kita bersungut-sungut hingga memandang rendah pemeliharaan Allah kepada kita.

Bagian ini pun diakhiri dengan sebuah anugerah yang indah dari Allah. Tidak peduli seberapa bebal dan berdosanya diri kita, pengampunan Allah tetap ada bagi kita. Jikalau pada saat itu ada ular tembaga pada tiang yang menyelamatkan setiap umat Israel yang berbalik kembali pada Allah, kita saat ini memiliki salib Kristus yang juga menjadi pengharapan bagi setiap kita yang kembali kepada-Nya. Biarlah kita membawa setiap pergumulan kita kepada-Nya dan belajar mengucap syukur akan segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita.

STUDI PRIBADI: Adakah pergumulan yang membuat kita bersungut-sungut di hadapan-Nya? Bagaimana firman Tuhan ini menolong kita untuk belajar bersyukur dalam segala hal?

Pokok Doa: Berdoalah agar setiap kita sebagai anak-anak Tuhan senantiasa belajar untuk mengucap syukur dan tetap percaya kepada kedaulatan Allah dalam kehidupan kita.