Bacaan hari ini: Matius 9
“Pada waktu itu seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan maju mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jumbai jubah-Nya.” (Matius 9:20)

Dalam setiap narasi di Perjanjian Baru, ada tokoh yang terlihat sangat antagonis; tidak lain adalah orang-orang Farisi. Mereka mencobai, bahkan menyerang Yesus. Paulus yang dahulu adalah Saulus pun juga pernah melakukan penindasan terhadap pengikut-pengikut Yesus.

Dalam Matius 9:1-38, merupakan bagian dimana orang-orang Farisi ini mulai memanas dengan Yesus. Orang-orang Farisi mulai menghakimi Yesus: (1) Ketika menyembuhkan orang lumpuh, (2) Yesus makan dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa, dan (3) Yesus menyembuhkan orang bisu. Mengapa orang-orang Farisi dan para ahli Taurat begitu lantang menyuarakan penghakiman kepada Yesus?

Orang Farisi dan ahli Taurat ini sebenarnya adalah orang-orang yang berusaha mempertahankan pengajaran kitab Taurat dari mulut ke mulut, yang pada waktu itu sempat berkurang setelah pembuangan di Babel. Mereka ini orang-orang yang benar-benar mempelajari, menafsirkan dan memperdebatkan Taurat. Orang-orang Israel memiliki kesan yang positif kepada mereka. Secara intelektual dan teologi, mereka sangat handal.

Namun, ada satu hal yang dilupakan oleh orang-orang Farisi. Ketika mereka begitu terbius dengan teologi, aturan-aturan keagamaan, serta rutinitas ibadah, mereka melupakan pribadi Tuhan. Mereka tidak mengajak orang-orang Israel untuk datang kepada Tuhan; mereka hanya berperan sebagai polisi dan guru yang memberikan banyak aturan. Sampai-sampai, ketika Allah datang dan mengambil rupa manusia (Yesus), mereka tidak bisa mengenali Allah; sangat berbeda jika dikontraskan dengan Yohanes Pembaptis yang mengenal Yesus sebagai Allah.

Bagaimanakah keadaan Anda? Sepertinya lebih sering keadaan kita seperti orang Farisi, yang banyak kali mengutamakan pengajaran, bukan relasi dengan Tuhan. Saat teduh kita pun bahkan menjadi program rutin. Apakah Anda telah bertemu dengan Tuhan? Hanya di dalam Dialah, dasar kehidupan dan pertumbuhan iman. Tanpa Dia, hidup kita hanyalah hidup kekristenan seperti orang Farisi.

STUDI PRIBADI: Tanpa perjumpaan dengan Allah, ibadah kita hanyalah sebuah rutinitas, sampai-sampai kita melupakan pribadi Tuhan yang mau berelasi dengan manusia.
POKOK DOA: Berdoalah kepada Tuhan, mintalah Allah untuk menyentuh hati kita, untuk kita dapat selalu menyadari kehadiran-Nya dalam hidup kita. Allah ingin berelasi dengan kita anak-anak-Nya.