Bacaan hari ini: Hosea 2
“Aku akan menjadikan engkau istri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku akan menjadikan Engkau istri-Ku dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang.” (Hosea 2:18)

Tuhan mengibaratkan diri-Nya sebagai seorang suami dan umat Israel sebagai seorang istri. Namun demikian, sebagai seorang istri, umat Israel telah berselingkuh, bahkan bersundal. Mereka telah bersundal kepada yang bukan suaminya, yaitu Baal dan ilah-ilah lain.

Baal adalah dewa paling penting bagi orang Kanaan, dan namanya biasa dipakai untuk menggambarkan semua ilah-ilah lokal yang disembah di seluruh negeri yang diduduki oleh Israel. Sayangnya, Israel tidak melenyapkan berhala-berhala serta pusat-pusat penyembahan kafir, seperti yang telah diperintahkan kepada mereka. Sebaliknya, mereka membiarkan dan kerap kali ikut bangsa kafir untuk menyembah Baal. Umat Israel begitu tenggelam dalam penyembahan berhala sehingga mereka benar-benar percaya bahwa dewa-dewa kafir lah yang memberi mereka kebun anggur dan pohon ara. Mereka lupa bahwa hasil yang mereka nikmati, semuanya itu adalah pemberian dari Allah. Masih layakkah umat itu dikasihi dan dipulihkan oleh Tuhan? Sebenarnya mereka sudah tidak layak untuk dikasihi; kendatipun demikian, Allah tetap mengasihi mereka.

Hosea 2:17-19 menjelaskan bagaimana Allah menerima mereka kembali dan Ia mengikat kembali hubungan Israel melalui perjanjian-Nya, yaitu bagaikan hubungan suami dan istri. Israel mengalami kasih yang dari Allah, dimana Allah sendiri berkenan mengasihi dan memulihkan mereka, yang sesungguhnya tidak layak untuk dikasihi.

Firman Tuhan hari ini mengingatkan dan menegur kita kembali, hadiah perkawinan dari Allah kepada umat-Nya, baik dalam zaman-nya Hosea maupun pada zaman kita sekarang, adalah kasih sayang-Nya. Bukan karena kebaikan kita maka Allah mengampuni dan menjadikan kita benar di hadapan-Nya. Dengan usaha sendiri, kita sama sekali tidak bisa mencapai berbagai standar Allah yang tinggi, tapi dengan murah hati Ia mengampuni, mengasihi, menerima dan memulihkan kita, bahkan menarik kita ke dalam hubungan diri-Nya. Dalam hubungan tersebut, kita memiliki persekutuan pribadi yang akrab dengan Dia.

STUDI PRIBADI: (1) Apakah artinya “kasih yang memulihkan” bagi Anda? (2) Bagaimana Anda meresponi kasih Allah yang telah memulihkan hidupmu?
POKOK DOA: Berdoa dan bersyukurlah kepada Tuhan atas kasih-Nya yang memulihkan hidup dan berjanjilah di hadapan Tuhan, untuk hidup sungguh-sungguh mengasihi Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.